03 Mei 2012

::_Dhizza, itulah namanya_::

Assalamu'alaikum wr wb...

Dhizza? nama siapa ya? diadopsi dari dua nama orang terkenal dan teheboh di kelas IRM B4/09 jurusan Informatika Rekam Medis Politeknik Piksi Ganesha Bandung. Dhizza, Itulah namanya :-)


Dinar Hadianti dan IZZA Rupaida Febriani. Dhizza, itulah namanya. :-)

keras kepala, ga mau ngalah, sok penting, merasa benar sendiri, pengen menang sendiri, terkadang melankolis, mudah galau, tegar, meski terkadang pura-pura 'tegar' adalah perpaduan yang begitu indah dalam diri kami. Tidak menjadi sempurna tapi Alhamdulillah bisa saling melengkapi.Dhizza,  itulah namanya :-)

'ngebolang' itulah istilah yang menjadi favorite kami berdua. Dhizza, Itulah namanya :-)

Makasih ya Allah, Engkau hadirkan dia dihidupku. tentu saja dengan berbagai hikmah yang kau tujukan padaku atas dasar sayang-Mu. Dhizza, Itulah namanya :-)

Berharap Jalinan ini hanya atas satu jalan, yaitu jalan cinta para pejuang. dimana adanya cinta terbentuk dengan kokoh lagi mengokohkan, cinta yang mengubah lagi menggugah. Dhizza, itulah namanya :-)

terganti atau tidak, Dhizza, tetap itulah namanya :-)
Baca Selengkapnya...

29 April 2012

::_Serba Serbi PKL_::

Assalamu'alaikum wr wb....
Alhamdulillah, masa - masa ini dirasakan juga. padahal dulu selalu berfikir gimana ya kalo nanti PKL???, kalo nanti nyusun, kalo nanti sidang, kalo nanti wisuda, kalo nanti nikah? Upsss... yang itu mah khususon hehe :-P

dimulai dari sebuah hari jum'at di bulan februari pekan akhir yang cukup mengagetkan, mencengangkan #lebay. tepat 3 hari sebelum dimulainya PKL. awalnya nyantai-nyantai aja. orang mau PKL gelombang kedua (sekitaran bulan april), dan Subhanallah ada 2 buah tulisan nama yang entah bagaimana bisa masuk dalam daftar peserta PKL di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. ya, tepat! dua nama itu ialah IZZA RUPAIDA FEBRIANI & DINAR HADIANTI. 

kaget memang, sangat - sangat kaget. semua serba mendadak mengurus persyaratan ini itu untuk persiapan PKL hari seninnya. keputusan harus dipilih dan dijalani konsekuensinya, namun entah bagaimana hati terus menuntun YAKIN BISA!

Alhamdulillah... 2 bulan dijalani dan dinikmati, banyak kenangan sama pegawai RSHS. Pa Ahmad, Pa H.Agus, Pa Agus, Pa Sobur, Pa Teguh, dan spesial buat pembimbing tercinta Pa Djaka Kusnandar. hehe.. ah jadi kangen, walaupun sebenarnya sering bolos ditengah PKL, nyaris gagal pas mau presentasi laporan. xixixixi

Nah, itu tuh tentang presentasi laporan. Subhanallah... noroktoksnya. :-D gimana ga tegang cin, jam 9 masih OTW padahal itu harusnya udah mulai. Lari-lari sama kang Abuy deh sepanjang lorong rumah sakit sampe naik tangga. huft...Alhamdulillah Allah Maha Baik Banget... udah Spechless.




  Alhamdulillah, selesai juga PKLnya, selang beberapa hari kemudian, refreshing ke subang :-D
ALHAMDULILLAH..... ^-^





Baca Selengkapnya...

01 April 2012

::_Madrasah Cinta_::


Hari itu begitu cerah menyelimuti seantero kota Bandung. Angin berhembus begitu dinginnya menusuk tulang. Aku pun terbangun oleh dinginnya cuaca, ah.. gumamku kemudian bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badanku yang agak bau apek. Setelah mandi dan menggosok gigi akupun berwudhu untuk menunaikan kewajiban shalat shubuh berjamaah di mesjid.

Tak berapa lama terdengarlah panggilan adzan dari mesjid yang tak jauh dari rumahku, aku seperti biasa sebelum pergi ke mesjid melaksanakan shalat sunat qobla shubuh di rumah, kemudian kubuka pintu rumah krek…dan terasa ser… ser…angin pagi berhembus menyelimuti tubuhku begitu dinginnya, enggan rasanya aku untuk melanjutkan pergi ke mesjid waktu itu. Ku paksakan diriku untuk pergi ke mesjid, dengan langkah yang agak cepat karena takut kehilangan shaf paling depan yang kata ustadz itu adalah shaf yang paling baik bagi seorang laki-laki.
Sampai di mesjid aku melihat jamaah yang sudah berkumpul menunggu ustadz yang belum selesai dari shalat sunatnya. Tak berapa lama iqomat dikumandangkan oleh muadzin, kami pun melaksanakan shalat shubuh. Setelah selesai melaksanakan shalat shubuh, seperti biasa aku , Firman, Asep, Eri, dan Yadi suka mengikuti pengajian shubuh bersama bapak-bapak dan ibu-ibu di mesjid yang dipimpin oleh ustadz Suryana.

Aku duduk berdampingan dengan Firman, seperti biasa aku suka sedikit ngobrol dengan dia kalau yang giliran baca orang lain. Aku menyapa Firman waktu itu : “Fir ayeuna rek lari moal beres ngaji ?” (Fir mau lari gak sesudah selesai mengaji)
“Hayu lah poe ieu euweuh kuliah da” jawab Firman. (Oke hari ini gak ada kuliah kok)

waktu satu jam tak terasa sudah berlalu dan pengajian pun selesai, aku, Firman , Asep, Eri dan Yadi berpamitan kepada pa Ustadz untuk pulang duluan. “Er ikut gak kita mau lari nih ?” tanya ku pada Eri.” Kemana gitu larinya?” tanya Eri, “ Ya seperti biasa kita keliling ke jalan Lingkar Selatan “ jawabku.

Kami pun berpisah menuju rumah masing-masing untuk mempersiapkan lari pagi. Aku coba meminta ijin pada kedua orang tuaku untuk lari pagi waktu itu,
“Emang mau lari kemana Rizal?” tanya ibuku dengan nada yang begitu lembut , “ya Seperti biasa Ma, keliling Lingkar selatan bersama teman pengajian” jawabku, “Ya boleh, tapi sepulang dari lari kamu harus bantu Bapak belanja ke pasar”. ibuku menimpali. “ Ya… Ma”.

Setelah mendapat ijin dari ibu aku pun pergi menuju rumah Firman dan Eri , dan ternyata mereka sudah siap di depan rumah Firman. Kami pun berangkat menuju jalanan, sampai di ujung gang aku melihat Cucu sedang menunggu angkutan kota hendak pergi ke sekolah. Aku bergumam dalam hatiku “Duh.. Cucu anggun sekali, wajahnya yang putih bagai salju begitu pas dengan memakai jibab warna putih”. Aku tidak sadar kalau Firman dan Eri memperhatikanku. “ Hey titatadi merhatikeun si Cucu we, rek lari moal?” tanya Firman (Dari tadi memperhatikan Cucu, Mau lari ga) “ Oh ya mau atuh, kirain tidak memperhatikanku” sambil merah wajahku karena malu.

Sambil lari aku masih membayangkan begitu anggunnya Cucu memakai jilbab, mungkin inilah pandangan pertama yang membuat jantung ini berdetak, pikiran melayang dan hati terasa berbunga, padahal aku sering bertemu dengan Cucu, tapi baru kali ini ada perasaan yang beda di hatiku. Ya… Cucu adalah teman pengajian di madrasah, selain itu masih ada ikatan saudara yang agak jauh dari Bapakku. Lari pagi yang begitu jauh hari itu agak tidak terasa capeknya, aku pun berkelakar “ wah… hari ini rasanya gak terlalu capek nih” “ bagaimana bisa capek kalau larinya sambil melamun “ jawab Eri dengan nada menyindir.

Duh aku jadi malu juga nih ternyata sepanjang jalan tadi mereka memperhatikanku. Di perempatan jalan kami pun berpisah menuju rumah masing-masing. Sampai di rumah aku sedikit tersenyum-senyum, indah rasanya pagi hari itu seolah-olah ingin terbang, sehingga mengundang perhatian ibuku “kenapa kamu kok lain dari biasanya “ “ Yah begitu deh… hari ini rasanya bumi ini harum sekali “ jawab ku sambil menuju kamar mandi untuk membersihkan badanku yang bau karena keringat.

Waktu itu hari tak terasa sudah hampir maghrib, aku seperti biasa mempersiapkan untuk shalat maghrib berjamaah dimesjid, sayup-sayup terdengar adzan berkumandang dari mesjid. Aku pun sambil membawa buku dan kitab pergi ke mesjid ,karena setelah selesai shalat maghrib, aku dan teman-temanku suka mengikuti pengajian di madrasah bersama remaja yang lain. Setelah selesai shalat maghrib kami pun pergi ke madrasah yang letaknya tidak jauh dari mesjid. Kebetulan waktu itu aku dan Firman datang lebih dulu, “Zal kamu suka yah sama Cucu” tanya Firman ,Aku agak bingung juga menjawab pertanyaan dari Firman kalau dibilang ya aku takut firman menyebarkan ke yang lain maklum ini kan tempat pengajian bukan di kuliahan,tapi kalau aku jawab engga aku emang suka pada Cucu semenjak tadi pagi melihatnya berangkat ke sekolah.

“Hey… kok melamun ditanya teh “ Firman kembali berkata padaku. “Duh ..bingung Fir entah kenapa hatiku agak dag dig dug “ jawabku

“ Yah kalau kau memang suka sama Cucu, tembak saja toh kelihatannya Cucu juga suka sama kamu” sahut Firman.

Mendengar ucapan itu hatiku berbunga , jantung ini terasa diam sejenak karena aku mendapat dukungan dari sahabat karibku. Ketika aku ngobrol datanglah Cucu dengan temannya. Dug… jantungku berdetak kencang melihat Cucu begitu anggun dengan jilbabnya dan duduk disebelah kananku. Tak berapa lama ustadz Suryana datang sambil membawa kitab, kemudian beliau memberikan salam dan memulai pelajaran. Ya.. harus aku akui malam itu hatiku terasa melayang entah kemana , sambil memperhatikan ustadz sekali-kali aku menoleh ke arah Cucu, dan saat itu juga ternyata Cucu memandangku, aku jadi malu dan tak kuasa menahan hati ini.

Pengajian bubar pada jam sembilan malam, kami pun meninggalkan madrasah, sambil berjalan aku coba memberanikan diri untuk mengajak Cucu ngobrol, maklum lah…pa Ustadz sudah pulang terlebih dahulu, jadi aku engga malu untuk mengajak ngobrol Cucu.

Cucu rumahnya tidak terlalu jauh dari mesjid, sambil pulang aku ngobrol dengan Cucu perihal sekolahnya. Yah inilah mungkin caraku untuk bisa mendekati Cucu, malam itu juga Cucu meminjam buku catatan pengajian padaku. Aku agak heran kenapa kok Cucu pinjam catatan padaku padahal dia lebih rajin daripada aku.

Kami pun bubar menuju rumah masing-masing, malam yang dingin dan bintang yang bersinar menjadi saksi kegembiraanku saat itu. Sesampainya di rumah aku tersenyum sendirian. “Inikah yang dinamakan cinta” gumamku. Ya.. harus ku akui ini adalah pertama kali aku merasakan jatuh cinta. yang sering orang bilang berjuta rasanya. Aku pun menuju tempat tidur ku untuk istirahat, kurebahkan badan sambil memandang langit-langit rumah. Aku pun tertidur lelap, mungkin setelah seharian penuh menjalani rutinitasku sebagai mahasiswa semester 2 di sebuah perguruan tinggi di Bandung dan sambil membantu ayahku berjualan.

Kring… suara weker begitu nyaring, Ah… aku terbangun dari tidurku shubuh itu, “aduh aku kesiangan nih jangan-jangan aku engga sempat bertemu dengan Cucu di depan rumahnya” dengan lari terpontang panting aku langsung menuju kamar mandi. aku dan Cucu sering bertemu kalau aku mau pergi shalat shubuh ke mesjid, Cucu suka membersihkan teras rumahnya dan menyiram bunga-bunga di depan rumahnya. Mungkin inilah percikan-percikan cinta yang saat ini sedang menggelora dalam jiwa kami. Inilah pertemuan kami selain di madrasah, karena kalau di madrasah kami suka malu kalau ngobrol atau berpandangan. Aku sadar bahwa Islam tidak memperbolehkan untuk pacaran, makanya aku sedikit gemetar dan agak mengigil kalau sedang ngobrol dengan Cucu. Tapi darah muda yang mengalir pada diriku membuat aku agak berani untuk mengajak Cucu ngobrol.

Pada suatu pagi aku mencoba memberanikan diri akan mengantar Cucu pergi ke sekolah. Di jalan yang seperti biasa Cucu menunggu angkot aku sudah berdiri disana dengan membawa motor kesayanganku. Tak berapa lama Cucu datang dan tersenyum padaku, indah , manja membuat aku tak berani memandangnya lama-lama. Waktu itu aku tidak janjian dulu pada Cucu untuk mengantarnya, sehingga Cucu hanya tersenyum dan menunggu angkutan kota yang lewat. Jantungku berdetak kencang dan darahku terasa mengalir begitu derasnya antara mengantar Cucu atau jangan, perasaanku tidak enak waktu itu aku seperti kehilangan keberanianku untuk mengantarnya, tapi heran… Cucu pun belum juga mendapatkan angkutan kota yang akan mengantarnya ke sekolah. Hatiku bergumam mungkin Cucu juga sama perasaannya denganku, dia ingin aku mengantarnya tapi ia malu untuk bicara.

Cukup lama juga aku merasakan perasaan itu, setelah aku berpikir panjang aku pun memberanikan diri untuk mengantarnya pergi ke sekolah, “Cu mau ku antar ke sekolah ga?” tanyaku dengan sedikit terbata-bata dan malu, maklum baru pertama kali aku merasakan perasaan seperti ini. “emang kang Rizal tidak keberatan gitu” jawab Cucu begitu merdunya, suaranya membuat hatiku semakin galau waktu itu. “engga kok “jawabku sambil menyiapkan motor kesayanganku.

Cucu pun naik sepeda motorku, dag… dig… dug… jantungku semakin kencang berdetak tatkala motor yang ku kendarai mulai berjalan dan Cucu menggandengkan tangannya. Perjalanan yang cukup jauh tak terasa, akhirnya aku sampai juga mengantar Cucu ke sekolahnya, dalam hatiku ingin rasanya aku menyatakan cintaku padanya. Tanpa sadar akupun berjanji pada Cucu untuk menjemputnya pulang sekolah nanti, bagai pucuk ulam pun tiba ternyata Cucu mau. Ah… sungguh pagi itu dunia serasa menjadi milikku.

Di perjalanan pulang pikiranku melayang, terbang menuju awan. Terpikir dalam hatiku untuk membeli suatu cindramata untuk kuberikan pada Cucu pulang sekolah nanti, tanpa berpikir panjang aku langsung menuju sebuah swalayan yang kebetulan sudah buka pada pagi hari. Aku masuk mencari sesuatu yang agak unik untuk kuberikan pada sang pujaan, mataku berkeliling seperti orang yang kebingungan, sampai-sampai seorang pelayan bertanya kepadaku “ mau beli apa kang?” sahutnya, “oh ini mencari sesuatu yang agak unik untuk seseorang “ jawabku tersipu malu. “ oh.. kalau itu, adanya di sebelah sana kang” sahut pelayan tersebut sambil menunjukkan dengan jarinya ke arah sebuah rak. Akupun bergegas dengan cepat menuju rak tersebut. Terlihat berbagai kerajinan tangan ada di rak tersebut, mataku tertuju pada sebuah mainan yang terbuat dari nikel, lucu kelihatannya hadiah untuk sang pujaan.

Akupun segera mengambil mainan tersebut dan membayarnya di kasir. Setelah itu aku pulang ke rumah, karena tadi bapakku mengajakku untuk berbelanja ke pasar. Sampai di rumah ibu bertanya “Dari mana saja Zal? Pagi-pagi sudah keluyuran” “anu Ma… mengantar teman “ sahutku dengan nada yang terbata-bata, rupanya ibu agak curiga juga padaku “teman apa teman ?” sindirnya. “ya.. teman Ma” aku agak gagap juga menjawabnya.

Waktu dhuhur sudah tiba, aku segera mengambil air wudhu untuk shalat berjamaah di mesjid. Hari itu adalah hari yang berharga bagiku, karena pertama kali aku mengantar seseorang yang aku cintai. Setelah selesai shalat aku segera pulang dan mengeluarkan motor kesayanganku, “ Zal kamu gak kuliah ? kok pakai pakainan biasa?” ibuku bertanya, “ oh…enggak Ma, hari ini aku libur” jawabku, “ lalu mau kemana kamu kok udah rapih” tanya ibuku keheranan “ Biasalah Ma, aku ada perlu sebentar” aku menimpali walau sedikit agak gagap.

Jam menunjukkan pukul 12.30, alhamdulillah aku telah sampai di sekolah Cucu. Tak berapa lama kelihatan siswa-siswi di sekolah itu sudah pada pulang, dag… dig… dug … jantungku mulai berdetak, aliran darah mulai menderas, dan tubuh ini tersa tidak berpijak di bumi. Dari kejauhan terlihat Cucu dengan temannya sambil bercanda menuju ke arahku.
“Oh… ini Cu rupanya si akang teh” sahut temannya, walau aku lebih tua dari mereka, tapi rasanya aku agak malu juga waktu itu. “ Eh Cu .. gimana pulang sekarang “ aku memberanikan diri memulai pembicaraan, “ya sekarang aja kang” Cucu menimpali.

Kami pun bergegas meninggalkan sekolah tersebut sambil berpamitan pada teman-teman Cucu yang begitu familier. Di perjalanan aku berpikir lebih baik aku menyatakan cinta ini hari ini juga, karena kapan lagi aku punya kesempatan seperti ini. Di tenganh perjalanan aku sengaja menepikan motorku,
“Kang kok berhenti disini?” tanya Cucu keheranan,
“Oh… ya ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu “jawabku. “emangnya ada apa gitu ?” tanya Cucu dengan keheranan yang semakin bertambah.
Dengan sedikit gugup, dan tubuh yang melayang aku mencoba merangkai kata yang indah sambil diselingi dengan canda,” Begini Cu…akang teh suka sama Cucu” . Cucu yang putih bagai salju dengan jilbab warna putihnya, kelihatan memerah , “kang apa engga salah denger Cucu teh ? “ sahut Cucu dengan terbata-bata, “Engga kok Cu “ aku langsung menjawab dengan suara yang tegas. Dengan sedikit gemetar dan wajah yang memerah bagai bunga mawar, Cucu kemudian mengatakan sesuatu yang berarti bagi kehidupanku “ Cu…cu… juga suka sama a…kang”

Bumi terasa bergoncang dan awan menjadi mendung saat itu, cintaku diterima oleh sang pujaan. Mendenganr hal itu aku pun memberikan Cucu Cindramata yang tadi aku beli di swalayan. Kemudian aku mengantar Cucu pulang sampai depan rumahnya, “kang masuk dulu” Cucu mengajakku mampir ke rumahnya, “nanti aja Cu, soalnya aku harus membereskan tugas rumah yang begitu banyak” aku menimpali.

Perjalanan cinta pertama kami berjalan mulus, bak air yang mengalir. Setiap hari kami bertemu di madrasah dan menyempatkan diri untuk bercanda dan berbincang-bincang, jika ustadz Suryana belum datang.
Suatu sore aku memberanikan diri untuk berkunjung ke rumah Cucu, dengan sedikit gugup aku mengetuk pintu rumahnya, dag… dig… dug… rasanya jantungku berdetak amat kencang, seperti dalam mimpi yang dikejar anjing.
Drek…. Suara pintu terbuka, “eh kang Rizal, silahkan masuk kang “ sahut adik Cucu. Aku pun masuk kemudian duduk di sofa, sambil menunggu datanglah orang tua Cucu menghampiriku “ eh… Rizal, tunggu dulu yah Cucu nya lagi mandi dulu”, “oh engga apa-apa bu “ sahutku tersipu malu. Tak berapa lama Cucu muncul dari balik kamarnya, manis sekali kelihatannya sambil tersenyum dengan jilbab warna hijau. sungguh keadaan yang tak pernah aku bayangkan.
Seiring berjalanya waktu dan ilmu yang aku pelajari, pemikiran ku mulai berubah, terutama setel;ah aku sering pergi ke pengajian ustadz Syaiful yang cukup jauh dari rumahku. Aku mulai membatasi pergaulan dengan lawan jenis termasuk Cucu yang selama ini aku cintai. Aku jadi jarang ngobrol dan jarang berkunjung ke rumahnya dalam pikiran ku aku takut cintaku pada Cucu akan menjadikan sebuah maksiat kepada Allah SWT.

Ya… pikiranku mulai terbuka, kenapa Islam tidak membolehkan seseorang berpacaran atau berdua-duan sebelum menikah. Aku mencoba memberi pengertian pada Cucu bahwa aku jarang ngobrol dan berkunjung itu bukan karena aku bosan terhadapnya, tetapi karena aku baru sadar dan paham tentang larangan berpacaran pada agama Islam yang aku anut. Cucu mulai berontak dan tidak mempercayaiku, malah ia menganggap aku punya pacar baru. Sedih rasanya….orang yang aku cintai tidak memahami pada apa yang terjadi pada diriku selama ini.

Pada suatu hari aku berkunjung ke rumah Cucu, “assalamala’ikum “ sahutku sambil mengetuk pintu rumah Cucu. “wala’laikum salam “ terdengar suara ibunya Cucu menimpali. “eh Rizal, ayo masuk Zal dari tadi Cucu cemberut aja tuh…” kata ibu Cucu sambil tersenyum. Aku pun duduk di sofa depan seperti biasa dan tak berapa lama Cucu datang dengan muka cemberut, wajah yang sinis seolah tidak senang dengan kedatanganku, sungguh bak bumi dan langit perbedaan yang terjadi saat itu dengan masa kami dahulu “ Cu kenapa sih kok cemberut ?” sapaku, “ah.. ga apa-pa kok” Cucu menjawab dengan nada yang agak gusar. “Cu aku benar-benar sayang sama kamu, aku mohon kamu mengerti akan prinsipku saat ini “ aku berkata lirih seolah olah memelas pada Cucu, “kalau kamu emang sayang , kenapa setiap kita bertemu kamu suka tidak mau aku ajak ngobrol.. atau setiap kali aku minta antar kamu suka tidak bisa” kata Cucu dengan nada yang tinggi dan wajah yang memerah karena marah . Malu rasanya oleh orang tua Cucu yang duduk di ruang tengah.

“ Cu… bukan aku tidak sayang atau tidak mau, tapi aku ingin pacaran kita disesuaikan dengan ajaran Islam” jawabku dengan nada membujuk dengan kesedihan yang menyelimuti tubuhku, “ah ..kalau akang emang sudah ga suka ya… kita putus aja dan jadi sahabatan” dengan nada marah dan meninggi, kelihatan wajah yang begitu anggun berubah menjadi garang bagai singa yang sedang memangsa tangkapannya. Sedih, merana dan tak berdaya rasanya, orang yang aku cintai tidak bisa memahami prinsipku, “ Cu… kalau kamu ga percaya akan cintaku aku ingin menghadap pada orang tuamu” “untuk apa kamu pada orang tuaku?” tanya Cucu dengan nada yang tetap tinggi. “ aku ingin melamarmu dan kalau perlu aku siap untuk menikahimu” “Apa… menikah…?suara Cucu tinggi sambil mencibirkan bibirnya,”ga… aku… ga… mau menikah, aku masih ingin main bersama yang lain “sambung Cucu dengan nada kesal dan meledekku saat itu. “kalau begitu gimana dong hubungan kita “ tanyaku lirih dengan jiwa yang tak berdaya. “ya udah… kita sahabatan saja “ dengan nada gusar Cucu menimpali.

Hancur rasanya hati ini, bagi disambar petir di siang hari mendengar perkataan dari Cucu, sepertinya dunia ini tidak memihakkku. Aku pun permisi meninggalkan rumah Cucu dengan muka sedih, badanku terasa berat menerima kenyataan ini. Sampai di rumah aku bergegas ke kamarku, aku ambil bantal dan menangis tersedu-sedu, walaupun aku seorang laki-laki aku tak kuasa menahan kepiluan hati ini, aku menangis bukan karena putusnya cintaku, tapi aku menangis karena orang yang aku cintai selama ini tidak bisa memahami prinsipku saat ini.
Hari berganti hari, aku dan Cucu masih suka bertemu di madrasah. Teman-teman ku mulai curiga dengan hubunganku , “ Zal kamu putus ya sama Cucu “ Tanya Eri padaku “ Ya….Er aku putus, sedih rasanya…” jawabku dengan nada lirih, “udahlah toh pasti Allah SWT akan mengganti dengan yang lebih baik, kalau alasan kita putus karena Allah” kata Eri menghiburku. “ya mudah-mudahan aja” sambungku.
Waktu tak terasa begitu berlalu, aku masih bertemu dengan Cucu. Saat ini Cucu sudah kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama di Bandung, setiap kali bertemu kami hanya tersenyum tanpa ada obrolan sedikitpun. Aku merasa malu jika aku memaksakan kehendakku.

Tiga tahun berlalu, dan aku saat ini sudah bekerja di sebuah perusahaan, tapi sampai detik ini aku belum mendapatkan pengganti Cucu. Aku teringat janjiku bahwa aku ga akan menikah sampai aku melihat Cucu menikah dengan yang lain sebagai bukti cintaku padanya. Puitis emang, tapi itulah kenyataan hidup yang harus aku jalani.
Tak berapa lama berselang aku mendengar Cucu akan menikah dengan laki-laki pujaannya. Sedih…. Senang… bercampur saat itu, aku pun memberanikan diri untuk datang ke pernikahannya dan menyampaikan selamat kepadanya.
Sejak saat itu aku pun mulai mencari pasangan hidup, dengan disertai doa dan dukungan dari teman-teman seperjuanganku, akhirnya… aku menemukan pasangan pengganti Cucu. Aku teringat perkataan Eri waktu aku putus dengan Cucu, bahwa jika kita putusnya karena Allah SWT insya Allah akan diganti dengan yang lebih baik. Aku pun mendapatkan pasangan yang begitu baik dan menerimaku apa adanya. Dia seorang gadis berjilbab yang sangat rapih, anggun, cantik dan lebih muda dari Cucu.
Baca Selengkapnya...

::_Jangan halangi cinta dan kasih sayang-Nya_::


seorang salafusalih dizamn Tabi'in Fudhail bin Iydh :
Jika malam sudah berbaur dengan kegelapan dan tabir malam sedah menjulur, maka Allah Dzat yng Maha Agung berfirman, :

siapakah yang melebihi murah hati dari pada Aku? meski semua makhluk durhaka kepada-Ku, maka Aku tetap mengawasi mereka. Aku melindungi mereka di tempat tidur, seakan mereka tak pernah durhaka kepada-Ku. Aku menjaga mereka, seolah mereka tidak pernah berbuat dosa. Aku limpahkan karunia pada orang durhaka dan orang yang melakukan keburukan. siapa yang berseru pada-Ku dan Aku tidak menerimanya? Siapa yang meminta kepada-Ku dan Aku tidak memberinya? siapa yang mengetuk pintu-KU lalu Aku mengusirnya? Aku adalah karunia dan dari-Ku lah datangnya karunia. Aku adalah kemurahan dan dari-Ku lah datangnya kemurahan. Akulah yang Maha Mulia dan dari-Ku lah datangnya kemuliaan. diantara kemuliaan-KU adalah mengampuni orang2 yang durhaka sekalipun dia dia melakukan berbagai macam kedurhakaan. Diantara kemualiaan-Ku ialah Aku memberi apa yang diminta hamba dan Aku juga memberi hamba yang tidak meminta kepada-Ku. diantara kemualiaan-Ku adalah memberi ampunan pada orang yang bertaubat seakan dia tak pernah durhaka kepada-Ku. kemanakah makhluk yang lari meninggalkan-Ku? kemanakah orng2 durhaka yang meninggalkan pintu-KU?"
( HilyatulAulia, 8/92-93 )

Yahya bin Muadz berkata,
" Maaf Allah itu bisa menenggelamkan dosa-dosa.
bagaimana dengan keridhoan Allah?
keridhoan Allah itu bisa memenuhi semua harapan.
bagaimana dengan cinta-Nya?
cinta Allah itu bisa mengalahkan logika.
bagaimana dengan kasih sayang-Nya?
kasih sayang Allah itu dapat membuat orang tidak memerlukan apapun.
maka, barang siapa yang mencintai selain Allah ( melebihi dari cintanya kepada Allah, atau cinta yg dilarang Allah), itu karena kependekan pengetahuannya tentang Allah."

#Buku : Mencari Mutiara di Dasar Hati
Baca Selengkapnya...

::_ku harap atas cinta-Mu_::


ku kan bicara tentang sedikit rasa yang terselip dalam anganku...
bukan berarti ku kan mengunngkapkan semuanya,
 hanya sebagian kecil dari apa yang terasa, moga inilah jalannya... 

ku hanya inginkan kesucian dalam cinta-Nya... 
bukan berlandaskan inginku, bukan atas dasar logikaku,
bukan karena aku mencintaimu...

 hanya saja, pikiran ku sedikit terganggu
karena begitu besarnya anganku yang hampir tak terkendali...
ku pikir semua akan baik dengan aku bersikap sebagaimana wajarnya,
tapi aku pun menyelipkan tanda tanya bagiku dan bagimu,

terlebih ketika mereka seolah  melihat apa yang ada dalam alam pikirku!
bukan karena menyesal aku diam,
tapi karena tak ingin semua menjadi lebih rumit
ketika dipikir...kemarin dan hari ini pun esok hari kan tetap ku jaga,
terjaga dalam kesucian maknanya yang sejati...

hanya sebatas ini ku mampu melangkah,
bukan ku tak sanggup melangkah lebih jauh,
tapi aku tak ingin kehilangan makna suci indahnya cinta karena-Nya...

Allahu Rabbi, jika memang inilah sucinya cinta-Mu,
bimbinglah kami meraihnya...
tapi jika ini bukanlah milikku nantinya,
biarkanlah ia mendapat apa yang terbaik baginya menurut Engkau ya Rabb...
tetap kan ku jaga semua berdasar atas cintaku pada-Mu
semoga cintaku padanya tak mengurangi pun melebihi cintaku pada-Mu 
Baca Selengkapnya...

::_Anyer, I'm in Love_::

lama sekali tidak posting di blog kesayangan ini. Alhamdulillah banyak banget sebenarnya yang pengen diceritakan. tapi ini nih masalahnya 'males' ketak ketiknya. hhe. bermula dari 23 April 2011, 'ngebolang' dengan mobil APV yang lebih jelasnya pasti sangat padat dan 'padukdek' dengan personil 10 orang. tapi... perjalanannya Alhamdulillah keren banget. cerita refreshing karena mumet ngurusin acara seminar nasional medrec waktu itu di sabuga buat tanggal 30 April 2011 nya. 

 
panitia semnas medrec 2011
sepanjang perjalanan ada juga acara nyasar, nyasar di daerah tangerang pas mau masuk dan nanyain tol merak. eh tau-taunya yang ditanya banci boooo langsung capcus deh ekeu. xixixi. pantainya subhanallah. intinya yang paling berarti kebersamaannya itu lho. :D
lalu... januari 2012, petualangan itu dijejaki kembali dengan 1 bis penuuuuuuuuuuuh banget. acaranya tetep panitia semnas medrec 2011 tahun lalu. ide sama keinginan pribadi sebenarnya, tapi pas di komunikasikan pada mau dan setuju juga pembubaran panitia ke sana. haha... walau sendirinya dalam keadaan pilik bin flu tapi tetep semangat masak semalaman suntuk tidak tidur buat makan para panitia.


sudah berganti hari nih, ngantuk. bobo dulu yaaaah... Insya Allah nanti di sambung lagi ceritanya. :-)






Baca Selengkapnya...

31 Maret 2012

::_The Final Report_::

Assalamu'alaikum wr wb...
Alhamdulillaah, akhirnya bisa ngetik lagi diblog kesayangan yang udah jarang diperhatikan ini. hehe.. (maklum, banyak perubahan yang terjadi begitu drastis dan cepat, sob). berawal dari serba serbi PKL diawal tahun 2012, nyusun "The Final Report" yang sungguh begitu 'sesuatu' #katanya, hingga menjelang akhir tahun 2012; WISUDA, sob. #Insya Allaah

Saat ini, berbagai rasa dihati kayak di mix jadi satu. ah... 3 tahun, sob... ya! sudah 3 tahun dijejaki masa perkuliahan itu. benar-benar dirasa singkat, kini. banyak sekali yang seharusnya direnungkan dalam perjalanan ini, dan semoga dapat selalu ditafakuri, bagi penulis sendiri utamanya.

IRM B4/09, kalian adalah bagian dari anugerah yang 'unik'; yang Allaah hadirkan buat penulis. Selamat menyambut masa depan kita, kawan...!!! ditunggu undangan - undangan nikahannya.... :D
Baca Selengkapnya...

Jika saja bukan karena keridhaan-Mu, Apa yang dapat dilakukan oleh manusia yang seperti debu ini dengan Cinta-Mu? #Izza Rupaida Febriani#